Ardi Bayage, wartawan Suara Papua yang diinterogasi dan diintimidasi Polisi di Abepura. (Foto: Dok Pribadi) |
Jayapura, (KM) - Ardi Bayage, wartawan Suara Papua, ditahan dan diinterogasi aparat kepolisian saat menjalankan tugas jurnalistik di Abepura, Jayapura, Papua, Senin (2/5/2016).
“Tadi pagi sekitar jam 9.30 WIT saya sedang liput aksi demo yang dilakukan oleh KNPB untuk mendukung ULMWP diterima sebagai anggota resmi di MSG. Saya ditanya oleh polisi dan dibawa ke kantor Polsek Abepura, selanjutnya kami diarahkan ke Brimob Kotaraja, di sana banyak orang yang lebih dulu ditahan,” kata Ardi Bayage mengawali kronologi kejadian yang baru saja dialaminya.
Aksi demonstrasi yang diliput Ardi Bayage, digalang oleh KNPB dan diikuti mahasiswa dari beberapa kampus di Jayapura. Aksi ini menurut seruan dari KNPB Pusat sejak beberapa hari lalu, bertuju untuk mendukung United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dalam penyelenggaraan pertemuan forum pimpinan MSG di Port Moresby, Papua Nugini.
Ardi mengaku, tak hanya diinterogasi dengan berbagai pertanyaan, handphone miliknya dibanting hingga rusak. Ia telah memperlihatkan Kartu Pers sambil menjelaskan nama media, oknum polisi tak menggubrisnya, bahkan dituduh sebagai massa aksi.
“Saya sudah tunjukkan ID Card saya. Saya juga sampaikan bahwa saya adalah wartawan di Suara Papua, salah satu media online di Papua. Tetapi, polisi tidak percaya,” imbuhnya
Di Polsek Abepura, Ardi ditempatkan di ruang sel. Bersama 7 orang lainnya. “Waktu saya di Polsek Abepura, saya sudah sampaikan lagi bahwa saya adalah wartawan suarapapua.com. Bukan massa aksi. Tapi polisi sama sekali tidak menghiraukannnya. Malah polisi bilang, “Ah ko tipu saja”. Padahal, jelas-jelas ID Card saya ada di tangan polisi dengan noken saya,” tutur Ardi.
Setelah sekitar 30 menit kemudian, ia bersama 7 orang tersebut diarahkan ke Mako Brimob. Dalam perjalanan ke Mako Brimob, salah satu polisi bilang, jika mau liputan harus minta izin sama semua polisi yang ada di lapangan.
Tiba di Markas Brimob, Kotaraja, 7 orang tadi disuruh gabung dengan massa aksi yang sudah ada lebih dulu di lapangan Brimob. “Saya diarahkan ke tempat latihan, salah satu halaman terbuka yang ada di Mako Brimob. Saya lihat di tempat latihan itu ada beberapa aktivis KNPB, salah satunya Warpo Wetipo,” Ardi menceritakan.
Ardi diinterograsi dengan berbagai pertanyaan setelah disuruh duduk di satu kursi yang ada di pinggir lapangan latihan Brimob.
“Saat itu ada satu anggota Brimob periksa HP dan semua gambar-gambar yang ada di dalam HP dihapus. Termasuk beberapa video. Setelah itu dia pukul saya di muka sebanyak tiga kali, pukulannya kena di pipi bagian kanan,” ungkapnya.
Lanjut Ardi, “Flashdisc saya juga sempat disita. Mereka lihat isinya baru dikembalikan lagi.”
Beberapa menit kemudian Ardi diperintahkan untuk bergabung dengan massa aksi. Ia diminta buka baju, lalu dijemur di lapangan Brimob.
“Ada anggota Intelkam datang foto saya dan mencatat identitas. Saat itu saya sampaikan bahwa saya adalah wartawan Suara Papua. Mereka kemudian bawa saya ke ruang Intelkam Brimob.”
Di ruang Intelkam, tas milik Ardi digeledah. Noken termasuk HP diperiksa. Kemudian, diinterogasi lagi dengan banyak pertanyaan.
“Dalam proses interogasi, saya terus jawab bahwa saya adalah wartawan Suara Papua,” tutur Ardi yang kemudian dibebaskan karena tak ada bukti dan alasan untuk ditahan.
“Saya keluar dari ruang Intelkam dan diijinkan untuk memotret situasi saat itu,” imbuh Ardi.
Informasi yang dihimpun suarapapua.com, wartawan dilarang meliput dan mengambil gambar massa aksi yang ditahan di Lapangan Mako Brimob, Kotaraja, Papua. (Baca: Polisi Larang Jurnalis Meliput dan Mengambil Gambar di Jayapura)
Massa aksi KNPB itu ditahan di beberapa lokasi, seperti Expo Waena, Perumnas 3 Waena, dan Lingkaran Abepura. Mereka dibawa ke Mako Brimob dengan menggunakan dua buah truk.
Anggota Brimob disiagakan di depan dan samping Mako Brimob. Di luar pagar dan di pinggir jalan raya depan Mako Brimob, tampak puluhan anggota melarang setiap orang berhenti melihat ke arah lapangan, tempat massa aksi ditahan dan dijemur dibawah terik matahari.(sumber : suara Papua)
Admin/03
Posting Komentar