Wisata Alam Nimbokrang, Foto: Dok, Soleman I/KM |
CERPEN, KABARMAPEGAA.COM - “Jangan Katakan Sudah Injak Papua, Kalau Belum Tahu Tentang Wisata Alam di Nimborang Japaura. Jangan Katakan Sudah Injak Jayapura, Jika Belum Pernah Ke Isio Hill’ Bird Waching”.
Awal Oktober 2016, foto 2 orang pria yang sama-sama tak berambut tersebar begitu cepat meluas. Media sosial seperti Facebook, Instagram, Twiter dan lainnya cerita dengan mereka dua. Cukup menganggu perhatian semua orang di Indonesia dan Papua khususnya. Dari kepala kedua orang cukup membingungkan. Tapi yang bisa membedakan adalah kepala yang hitam dan coklat. Mulai ketahuan karena kulit kedua orang itu kelihatn beda. Seorang hitam manis. Dia adalah Alex Waisimon.
Kick Andy tidak terlalu asing. Tidak peruh binggung lagi. Dia sering bawah acara dan tampil di Metro Tv. Foto-foto tentang mereka makin menarik pada Nitizen. Sungguh, opini keindahan dan ketertarikan di media sosial, tak bisa bersabar. Ketika bicara tentang banyak Cenderawasih, Mambruk dan semua jenis burung dan hewan dapat terprovokasi benar. Apalagi bicara tentang burung-burung khas yang ada di Papua. Menarik hati.
Siapa yang bilang tidak mudah terpancing dengan informasi yang beredar tentang keindahan Kali Biru, Goa, Sungai dan Pantai yang indah di Nimbokrang? Sebagai pecinta lingkungan tentu terpancing. Tanpa diundang juga bagi orang-orang yang suku berekreasi di tempat wisata alam seperti Nimbokrong pasti terpancing. Apalagi ini bukan soal gambar palsu atau informasi Hoax. Bukan pula Alex sendiri yang bisa membuat orang setengah percaya. Tapi di sampingnya ada Kick Andy. Siapa yang tidak percaya?
Foto-foto alam, lingkungan, burung-burung, hewan dan semua tempat yang diupload tidak bisa di pungkuri lagi. Lihat foto dan baca status orang tentang Alex dan Kick Andy, benar-benar bikin kaki gatal. Tidak bisa bersabar. Penasaran deh. Burung dan semua tempat yang diupload sangat menarik. Sob, benar penasaran sekali. Berpikir tentang “Isio Hill’s Bird Waching” kala itu tidak ada ujungnya. Keindahan yang diwartakan di medsos setahun yang lalu bikin orang cukup penasaran. Tidak salah. Taman eden kecil yang di Kitab Suci itu ada di Nimbokrang.
Jaraknya tidak terlalu jauh. Dari ibu kota kabupaten Jayapura, Sentani menuju ke Nimbokrang berkisar 59,2 km. Sementara waktu tempu dari kota ke lemba Grime itu hanya 1 jam 37 menit. Pengunjung tidak hanya akan melihat Kali Biru, 17 danau kecil, Buaya, Komodo dan segala macam di dalam hutan 98.000 hektar. Bahkan bisa diperkaya dengan keindahan serta informasi menarik lainnya tanpa memunggut biaya.
Sembari menuju ke wisata alam “Isio Hill’ Bird Waching”, dapat nikmati keindahan danau Sentani secara cuma-cama. Bisa pula mendapat informasi baru, misalkan pakai kendaraan motor atau angkutan umum berarti bisa lihat lokasi dimana PT. Semen Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan membangun pabrik semen di distrik Kemtuk dan Waibu. Sambil jalan kesana juga bisa dapat melihat daerah transmingrasi besar-besaran pertama yang pernah terjadi pada tahun 70-an. Letaknya, di Nimbokrang. Pegunjung bisa lihat itu. Menarik karena di balik ini ada sejarah yang menarik.
Sungguh menyenangkan sekali. Bisa lihat sebagian jenis burung yang ada di Papua termasuk Cenderawasih dan Mambruk yang hampir punah. Tidak hanya itu, banyak hewan dan binatang liar lain, seperti babi hutan, rusa, kus-kus dan lain sebagainya. Sob, semua tahu tentang Cenderawasih dan Mambruk dan sejenisnya. Mungkin di foto, video, buku, majalah dlsb. Tetapi tidak semua orang lihat dengan mata kepala sendiri kan?
Walapun tinggal di Papua, tidak semua orang lihat Cenderawasih dan Mambruk dalam keadaan hidup. Tidak ada cerita burung surga seperti Cenderawasih dijual hidup-hidup. Orang yang jual dan beli di kota itu sudah menjadi alat berharga bahkan untuk di gunakan menghiasi di rumah, aksesoris kepala yang bisa gunakan di saat acara tertentu, dan taru di mobil sebagai penghias. Tapi paling banyak dijual dan dibeli untuk memberikan penghargaan kepada tamu terhormat, manusia biasa.
“Isio Hill’ Bird Waching” adalah tempatnya. Pergilah kesana. Jangan ragu-ragu. Jangan kuatir tentang tidak bisa melihat Cenderawasih, Mambruk dan semua jenis burung dan hewan. Disana ada banyak tempat-tempat spot yang sudah disediahkan dan ditatah rapih. Setiap pengunjung bisa melihat dengan panca indera yang sangat jelas. Termasuk tumbuhan alam seperti bunga anggrek dlsb. Bahkan pengunjung bisa nikamti keindahan alam yang tempat lain belum miliki dan sulit dijumpai .
Jangan ragu menikmati keindahan dan alam pesona disana. Jangan banyak Tanya tentang benar atau tidak. Datang dan pergilah. Berkunjung kesana. Rasakan sendiri. Satu peringatan yang masih ragu-ragu. Keindahan alam di tempat ini sungguh sangat menjanjikan. Pengunjung akan merasakan separuh surga kecil yang jatuh ke bumi itu di tempat ini. Sekali pergi tidak akan bisa dilupakan. Rasa ingin kembali pasti saja akan ada selalu. Wisata alam Nimbokrang itu sangat menarik.
Sob, banyak orang awal-awal tidak percaya. Kalau tidak keberatan, buka di web (google). Tulis saja disitu nama Alex Waisimon kemudian search. Disitu banyak link informasi Alex dan wisata alam Nimbokrang. Cari dan nonton juga di Youtube. Semua yang akan tampil adalah kebenaran. Tidak tipu. Alex Waisimon pernah mendapat penghargaan Kick Andy Heroes 2017 dari Metrotvnews.com. Berkunjung kesana bakal pengunjung bisa bertemu langsung dengan Alex Waisimon.
Saya jamin keindahan wisata alam yang luar biasa disana. Bukan pakai kata orang lain.. Pernah saya setengah percaya. Saya pastikkan sendiri. Saya pernah berkunjung kesana pada 23 Maret 2017. Wisata alam disana didukung dengan keindahan yang sangat luar biasa. Jika ingin lihat Cenderawasih, Mambruk dan semua jenis hewan, alangkah baiknya pergi bermalam disana. Disana telah tersedia tempat penginapan bagi pengunjung. Semua aman dan terjamin. Tetapi jangan lupa komunikasi dengan Alex Waisimon terlebih dahulu. Bisa berteman melalui akun facebooknya, Alex Waisimon. Bisa juga bicara lewat hanphone. Minta nomor ke orang yang pernah kesana. Pasti dapat.
Tidak perluh kuatir. Kalau pun dia tidak ada di tempat. Pria kelahiran Yenggu Akwa, 19 September 1961 itu punya orang kepercayaan. Sang pengagas “Isio Hill’s Bird Waching” ini sudah siapkan pembantu lokal. Namanya Marthen Bay. Baik Alex maupun Marthen selalu siap sedia mengantar para pengunjung di sejumlah tempat yang begitu indah dan luar biasa. Jika hanya ingin mandi di Kali Biru, berkunjung ke Goa, Sungai, pantai, berarti silahkan pergi pagi dari ibu kota Jayapura.
Namun jika benar-benar ingin melihat burung Cenderawasih, baiknya pergi bermalam di tempat wisata alam ini. Tempat akomodasi dan semua fasilitas telah tersedia. Ada satu buah bangunan berukuran 8 x 6 cm2. Ruang tidur ukuran 6 x 4 cm2. Kamar mandi (toilet) berkisar 2 x 2 cm2. Tetapi waktu berkunjung kesana sempat ada lokasi yang dibangun dengan ukuran 12 x 8 cm2. Rupanya, sekarang sudah selesai. Ruang baru itu dilengkapi dengan restoran, kamar mandi (wc) dan ruang administrasi. Sementara ruang dapur sendiri, dilengkapi dengan sanitasi air bersih.
Jika anda punya rencana berkunjung kesana. Anda adalah orang yang kesekian kali. Menurut Alex, pada setiap Mei dan Oktober sempat dikunjungi oleh wisatawan asing. Luar biasa, Duta Besar AS untuk Indonesai, Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Duta Besar Australia Untuk Indonesia dan masih banyak wisatawan dari lokal serta mancara negara datang ke “tempat ini. Biayanya tidak mahal bagi yang punya penghasilan tetap.
Pembayaran untuk wisatawan lokal Rp 500.000,00; sampai Rp 1.000.0000,00;.Tetapi bagi wisatawan asing Rp 1.000.000,00; ke atas. Para pencinta alam pasti tidak keberatan. Cukup murah kan? Bagi orang Papua yang ingin jadi seperti Alex Waisimon bisa kesana. Alex tidak hanya buka wisa alamnya, tapi dia mulai mengajak masyarakat sampai tidak tebang pohon sembang. Luar biasa, dia ajak masyarakat sampai semua orang asli setempat berkomitmen tidak jual tanah dan jadikan hutan sebagai sumber kehidupan.
Jangan pikir mahal sob, karena kisaran biaya diatas termasuk makan, minum, listrik dan semua biaya akomodasi. Semua itu juga termasuk untuk ongkos antar ke setiap spot-spot yang telah disiapkan di hutan. Semua peralatan seperti sepatu lumpur, jaket, senter, payung dan semua disiapkan. Pengunjung hanya bawah kamera dan semua peralatan yang diperluhkan. Selain itu, bisa dapat pengalaman gratis tentang pengalaman Alex yang tinggalkan kampung halaman selama 30 tahun.
Alex maupun Marthen sudah belajar tentang semua karakteristik burung, hewan dan semua yang ada di dalam hutan. Mereka tahu persis baik jalan tikus tembus-tembus hutan. Mereka tahu waktu dan tempat-tempat mana saja burung Cenderawasi, Mambruk, Ular, dan segala macam hewan biasa datang, bermain dan melakukan aktivitas. Pengunjung tidak akan rugi dengan menikmati kekayaan alam hayati di dalam hutan.
Jika pengunjung hendak melihat atau memotret burung sorga, berarti pengunjung akan diberi warning untuk tidur lebih awal. Karena pukul 04:00 waktu Papua harus bangun dari tidur. Segera mengatur kelambu, kasur, selimut dan semua peralatan tidur. Kemudian mulai siapkan perlengkapan lainnya yang harus bawah ke hutan. Subuh akan diberi kehangatan dengan teh dan kopi hangat, disertai dengan makanan ringan. Siang dan malam makan berat. Sore bisa minum teh atau kopi hangat dengan kue. Tinggal pilih saja. Semua model makanan dan minum tersedia.
Setelah itu, dengan relah pengunjung akan diantar tempat-tempat yang luar biasa. Bisa susuri hutan ke tempat-tempat yang pernah dilakukan penebangan pohon liar oleh perusahaan kayu. Tetapi bisa lalui ke setiap spot di hutan lindung yang masih utuh. Pengunjung akan puas. Rugi kalau tidak pergi ke tempat ini. Tidak akan rugi juga kalau pergi di tempat yang luar biasa ini. Bakal bisa lihat Buaya dan Komodo bermain. Pengunjung bisa nikmati 17 danau kecil. Pengunjung tentu akan didampingi oleh orang yang sangat berpengalaman.
Menyenangkan karena didampingi langsung oleh orang yang tahu bagaimana memberikan rasa kepuasaan bagi pegunjung. Selama 30 tahun Alex keliling sebagian negara di dunia. Alex sudah injak Australia, Tingkok, Laos, India, Jepang, Fiji, Vanuatu, Salomon Island, PNG,Birma, Thailand, Inggris, Belanda, Prancis, AS, Kanada, Swiss dan beberapa Negara yang tidak disebutkan disini. Ia pernah tinggal di Bali. Bahkan sering pulang pergi ke Bali. Kaarena sang istri dan ke 4 orang buah hatinya masih tinggal disana.
Alex pernah dan masih bergabung di berbagai organisasi dalam negeri dan berbasis internasional. Ia pernah gabung dengan Red Cross Asia Pasifik dan Internasional Labour Organization (ILO). Saat ini, Alex juga masih menjabat sebagai ketua Serikat Buruh Indonesia (SBI) di Bali.Tidak salah kalau tempat ini dikatakan indah dan tertarik. Tidak salah, kalau dikatakan rugi kalau tidak berkunjung kesana. Ia membuka wisata ala mini dengan harapan pengunjung yang datang dapat belajar dan puas.
Pria yangm pernah putus kuliah dari Universitas Kristen Satya Wacan ini tahu persis bagaimana mengatur dan menata alam sebagai sumber kehidupan. Dia tahu bagaimana pegunjung merasakan keindahan alam sekitarnya. Selama 30 tahun di luar tanah kelahiran, bukan sekedar jalan-jalan. Keluar negeri, bukan juga sekedar bersenang-senang. Ia banyak belajar di tempat-tempat wisata sampai dalam-dalam. Ia juga tahu tentang bagaiman memuastkan para pengujung. Tidak salah kalau anda memilih tempat ini untuk melakukan perjalanan wisata.
Untuk itulah pada tahun 2015, ia kembali ke istana, tempat tanah tumpah darah. Kembali ke tanah air untuk mengembangkan wisata alam ini. Menurut Alex, dirinya kembali karena atasan panggilan tante yang pernah jaga pada waktu sekolah. “Ko pulang”, tiru dia pesan tantennya. Lanjut dia, “Sa pulang karena ingat pesan bapa sebelum meninggal dunia. Bapa bilang, ko boleh pergi tapi jangan lupa pulang ke kampung lagi”.
Di samping buka usaha wisata alam, dia berencana membuka SAP (Sekolah Alam Papua). Rencana tersebut telah mendapat restu oleh pemerintah kabupaten Jayapura. Pada 2016 lalu, pemerintah telah meletakan batu pertama di tengah-tengah hutan. Jarak dari jalan raya ke tempat rencana membangun Sekolah Alam Papua (SAP) ± 35 km. Menurutnya sekolah diperuntungkan untuk anak-anak Papua dari mana-mana. Anak putera daerah dari Sorong sampai Merauke bisa sekolah disini.
Ketika ditanya, metode apa yang akan digunakan pada SAP? Jawab dia, pola pendidikan akan disesuaikan setelah pembangunan mulai berjalan atau rampung seratus persen. Tapi itu hanya sebatas rencana, kata dia. Dirinya punya niat, setiap siswa yang akan masuk dan belajar di SAP akan diwajibkan berbahasa Genyem dan Inggris. Sekolah tersebut dibuka berbasis lingkungan dan alam.
Dari tempat yang sama, Alex mengatakan, dirinya punya rencana membuka cabang wisata alam di Wamena, RaJa Ampat, Biak, Timika dan Merauke. Ia berkomitmen. Perlahan tapi kata dia tetap akan berusaha untuk mengembangkan wisata alam Papua di kanca nasional dan internasional. “Sa pu rencana buka cabang wisata di Wamena, Raja Ampat, Biak, Timika dan Merauke”, tutur Waisimon pada Kamis, (23/03/2017). (Muyepimo/KM)
Penulis adalah anggota aktif Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang St. Efrem Jayapura, Papua
Posting Komentar