Selamat datang Dan selamat Membaca di Blog Kobepaibo..!!

cerpen anak papua jayapura tambatan hatiku

JAYAPURA TAMBATAN HATIKU
----------
 
Sumber Gambar Via facebook/Rudolf

Mia..dicari boss tuhh...
Oh..ada apa ya say...balas mia pada teman sekerjanya vita, teman karibnya yang selalu kemana mana berdua, kadang mengisi liburan berdua mengunjungi mall mall di kota ini.

Belum tau, ditunggu di ruangannya skarang, balas vita sambil meneruskan menyelesaikan laporan kegiatan bulanan yang menjadi tugasnya.
Permisi bapa..bapa panggil saya ?
Ia..ibu mia kami tugaskan ke Jayapura, dan beberapa daerah di Papua. Alasan kami mengutus ibu karena ibu orang sana dan lebih mengenal karakteristik masyarakat di sana. Ada beberapa data yang harus diambil di sana.
Baik bapa, dilaksanakan, jawab mia dengan sopan, namun hatinya bersorak kegirangan, betapa rencana berlibur ke tanah kelahirannya sering sekali tertunda karena alasan waktu dan kesibukan kantornya, kini bagaikan mendapat durian runtuh.

Nanti hubungi ibu dessy utk tiket dan biaya perjalannnya, lanjut bos nya.
Setelah mendapat penjelasan dari pimpinannya tersebut tentang apa saja yang menjadi tugasnya, akhirnya mia pun pamit keluar dari ruangan pimpinannya.
Say...ada apa sih..kelihatan serius skali tapi sepertinya kamu senang deh, tanya vita penuh selidik.
Heheheh...mau tau aja..urusan pribadi, jawab mia sekenanya, sengaja membuat penasaran karibnya vita.

Ihhh...genit..curiga guaa.
Hahaha....Curiga apaan, saya ditugaskan ke Jayapura dan beberapa daerah di sana minggu depan, mia menerangkannya sehingga vita pun mengerti.

Ok deh..leh oleh ya, batik papua sama noken ya.
Ohh..kirain mau pesan koteka, haha, .Ia say..don’t worry, apa sih yang ga buat kamu ? balas mia pada sahabat karibnya

Hari yang dinanti pun tiba, mia terbang dari jakarta menuju jayapura, gaya casualnya yang mempesona, jenas ketat, kaos dibalut jaket kesayangannya dan sepatu olahraga.
Menuju ke tanah kelahirannya sungguh membahagiakannya, ketika menjelang pagi, dari balik awan terbentang daratan papua yang indah,hutan hutan perawan dan tentunya danau sentani, sungguh eksotiss.
Prepare for landing, terdengar suara dari ruang pilot, pertanda sebentar lagi pesawat akan mendarat di bandara udara sentani.
Mia makin berbunga bunga, telah dibayangkannya papeda bungkus dan gabus saus buatan ibunyaTerbayang kembali tingkah polah dan tawa kk kk nya yang semuanya laki laki.

Menuruni eskalator menuju ruang pengambilan bagasi, padangan mia penuh selidik, banyak sekali orang yang menawarkan jasa pengambilan bagasi.
Uhh..tas bokar skali, sa tra bisa angkat sendiri, gerutu mia dalam hati.

Di antara sekian banyak orang yang menawarkan jasa pengambilan bagasi, matanya tertuju pada seorang pria yang nampaknya belum kebagian order dan berdiri diam di sudut ruangan.
Hati Miapun iba melihatnya.
Om.. bisa bantu ambil bagasi saya ? tanya mia sopan
Ohh bisa ibu, bisa minta boardingnya ?
Ini, tas satu saja, warna ungu.
Baik, ibu duduk saja di sana nanti saya ambil.
Ia makasih.

Sambil menungguh bagasinya, mia membuka tas tangannya, mematikan mode terbang, Berderet deret pesan masuk di wa nya.
Salah satunya dari vita, karibnya di Jakarta.
Sudah sampe ka say, cuacanya baik kan ? jangan lupa pesananku kan ya ?
Baru saja sampe say, ia puji Tuhan penerbangannya aman, cuaca baik, ia aku ingat say, balas mia.

Ibu...tas sudah ada ni, ibu naik apa ?
Jangan panggil ibu, panggil mia saja, balas mia yang tersadar dari keasikannya mengotak atik ponselnya.
Ohh ia maaf, saya tinus.

Ok kk, bawa keluar, nanti saya cari mobil rental saja, sa anak sentani.
Ok baik, balas tinus dengan sikap hormat.

Kk tinus carikan mobil rental, tawar dorang jang mahal mahal, sa tinggal dekat saja.
Baik, tinus secepat kilat bergerak, bercakap cakap dengan beebrapa sopir mobil rental bandara, yang rupanya mereka sudah saling kenal.

Sesampainya di rumah, mia disambut penuh suka cita, papeda bungkus, gabus saus oh lezatnya.
Setelah berisitrahat sehari dirumahnya, mia pun mulai melaksanakan tugas kantornya, berkeliling dari kabupaten ke kota dan juga ke kantor gubernur dan ke keerom.
Mam..besok lusa saya ke biak, nanti kembali trus ke pegunungan bintang, baru kembali ke jakarta, mia menerangkan perjalannya pada ibunya disela sela waktu santai di rumah.
Mama pu anak perempuan sudah dewasa, hati hati di jalan, jaga diri, jaga skap ee, jgn terlalu akrab dengan orang orang yang belum kenal baik, balas ibunya.
Don’t worry mam, mamam macam tra tau mia saja, mia tersenyum memandangi ibunya.
Ia sudah sayang, tadi bapade dari genyem ada antar rambutan tu, dia tunggu ko lama mau liat ko, tapi dia ada urusan lainke Jayapura.
Pagi harinya mia menuju bandara, untuk melanjutkan perjalaan dinasnya ke Biak.
Slamat pagi ade mia, saya tinus.
Ohh slamat pagi kk, kk bikin apa, mia membalas seadanya.

Biasa ad, tunggu tunggu kalo pesawat masuk bantu ambil bagasi, tapi lagi rame jadi, berdiri berdiri di sini saja, tinus menerangkan.
Ooo... ok kk.
Baru ade mau berangkat ?
Ia mau ke biak dulu ada urusan.

Ade su chekin ?
Belum.
Sa bantu chekin e kalo ade tra keberatan, ade bisa tunggu di sini, sa pinjam ade pu tiket dan ktp.
Ohh..bisa juga, kebetulan sa ada tunggu teman.

Singkat cerita mia pu menuju biak, menyelesaikan beebrapa tugasnya di sana, mengisi waktu luangnya yang singkat dengan mengunjungi pasar, mencari makanan kesukaannya, keladi barapen dan kombrof asar. Makanan yang dikenalnya semasa masih kuliah dulu, pemeberian dari beberaopa teman kampusnya yang berasal dari biak.
Mia pun kembali ke Jayapura dengan penerbangan subuh.
Ketika menuruni eskalator menuju ruang pengambilan bagasi, matanya tertuju pada sosok yang hampir diingatnya, Tinus.

Uhh..sykurlah ada kk tinus, mana oleh oleh ikan dan kue kue dari toko aru pu banyak apa, hati mia lega.
Pandangan mereka beradu, dan tinus dengan sigap menyambut di tangga eskalator.
Ade ada bagasi ? tanya tinus sopan.
Ada kk, ini bording pasnya.

Sembari menanti bagasi, mia menikmati suasana bandara sentani pagi itu.
Banyak juga yang kerja menawarkan jasa mengangkut bagasi rupanya.
Tapi kenapa sa slalu ketemu kk dia ee, ihhhh aneh aneh saja, mia tertawa dalam hati.
Hatinya mulai penasaran dan mulai mengamat amati tinus dari kejauaha, yang sedang sibuk mengecek satu persatu tas yang lewat disampingnya sambil memcocok cocoknya nomor bagasi yang ada di pada boarding pass di tangannya.

Kurang terurus saja, kalo terawat dengan baiik, kk dia manis kok, mia menerangkan pada hatinya sendiri.
Ihhhh..mia ko trapapa ?
Sa tra papa ? sa kasian, ada laki laki Papua yang punya pekerjaan seperti ini, tapi setidaknya ini lebih baik dari pada bermalas malasan malah nongkrong tra jelas di mana mana.

Percakapan batinnya mengantarkannya pada sebuah rasa yang lain, antara iba, simpatik dan entah mengapa, mia ingin tinus ikut mengantar barang barangnya sampai ke rumah.
De ikut ke rumah sudah, mungkin sa bisa kase dia makan di rumah dan kase uang yang lebih untuk baik beli baju yang baik sedikit.
Lewat percakapapan singkat mereka, tinus pun ikut ke rumah, disambut dengan baik oleh keluarga mia, diajak makan, diberikan uang lebih, tak lupa mia meminta nomor hp tinus, lalu tinus pun kembali ke bandara melanjutkan pekerjaannya.
Tugasnya di Papua pun rampung dan mia pun akan kembali ke jakarta.
Mat sore kk, besok pagi saya balik ke jakarta, kk tunggu di bandara ya, bantu chekin
Sore ade, baik, nanti sa tunggu.
Baru kk bikin ?
Kk su beli kemeja ?
Blm ade, uang yang ade kase sa pake bayar ade perempuan pu uang skola.
Percakapan lewat wa (japri ka ini) sore itu membuat mia sedih sekali.
Air mata menetes di pipinya
Kasan ee, ada orang sesusah ini tapi sungguh ulet berjuang bahkan tidak memikirkan diri sendiri.
Sayang dia ahhh, bathin mia bergolak.
Dari pertemuan pertemuan di bandara hingga di rumahnya, mia simpatik, ada rasa lain hadir di hatinya, inikah cinta ? mia pun tidak mengerti perasaanya.

kk, penumpang su dipanggil jadi sa masuk sudah ee, kk jaga diri. Jangan mabuk mabuk, saya belum tau kapan ke jayapura lagi, tapi bulan desember sa pasti datang, karena bapa dan mama dong ada di sini.
Baik ade, safe flight, Tuhan jaga selalu, balas tinus.
Sama sama kk, kk..kaka jaga diri, jaga kesehatan, pesan mia sambil memberikan sebuah amplop kepada tinus.
Daa kakaa..
Ia..ade..daaa.

Mia melangkah memasuki ruang keberangkatan dengan gontai, rasanya ada sesuatu yang hilang dari dirinya, perasaanya berat sekali pagi itu.
Sementara tinus pun, telah menuju ke sebuah kantin dipojok bandara, meemsan teh panas dan membuka amplop pemerian mia, berderet deret uang seratus ribu yang masih baru.Tinus girang bukan main,
Tuhan..trimakasih, jaga dia orang baik, cantik, dan su banyak bantu sa pu kesusahan ini. Berikan dia kesuksesan selalu. Sungguh beruntung laki laki yang mendapatkan cintanya.

Di dalam kabin pesawat, mia yang resah tak dapat menahan tangannya untuk mengirim pesan lewat WA.
Kk, pesawat su mau berangkat, sedikit lagi sa kase mati hp, jaga diri ya kk.
Maaf ibu, hpnya bsa bisa dimatikan ? pesan pramugari disampingnya mengagetkannya.

Kk tinus, sa sampe jakarta sa akan wa kk ko siang malam, sa akan kembali desember, kalo kk ko bisa jaga diri, sa akan minta kk ko lamar saya, mia membatin, rasa yang teramat dalam yang tidak sanggup dikatakan kepada siapapun.
Fisiknya terbang, namun hatinya tertinggal di Jayapura, bersama tinus yang dikaguminya. Andai tinus tau.
-----

Akhir Maret 2018, di lorong kehidupan, Rudolfo.
Ini adalah cerita fiktif belaka, bila ada kesamaan tokoh dan peristia, mohon maaf sebesarnya.Foto diperankan model.
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : bloggerpapua.idm | Anakcenderawasih | Bloggerpapua.id
Copyright © 2015. KOBEPAIBO - All Rights Reserved
Admin by Enagokobepa
Proudly powered by kobepa