(Foto: Dok. Prib Alm Olga/KM) |
Cerpen, (KM). Pertama Kali saya bertemu dengan Olga dalam Pelatihan yang di lakukan oleh PBH (Perhimpinan Bantuan Hukum Indonesia Jakarta) di pada Tahun 2001 di Biara Susteran Waena, Jayapura.
Kami Tidak baku kenal awalnya tapi, setelah kita saling memperkenalkan diri kita masing-masing dalam ruangan pelatihan baru kami tahu bahwa perempuan murah senyum dan penuh hormat ini adalah Olga Hamadi asal Jayapura, Tanah Tabi.
Malamnya Olga datang dengan dua orang temannya ke kamar tempat kami menginap. Lalu lebih dekat lagi kita saling kenal satu dengan yang lain, dan ternyata keempat perempuan Cantik ini baru saja selesaikan kuliah mereka di Fakultas Hukum UNCEN.
Dalam pelatihan buat para Sarjana Hukum Pemula ini, kami buat Simulasi Visual tentang Proses beracara dalam sidang di pengadilan dengan instruktur pelatihan Suster Maya membagi beberapa Kasus. Dan kami di beri tugas membuat simulasi proses peradilan kasus perdata saat itu. Dalam membuat drama simulasi mulai dari pembuatan gugatan Olga menjadi Pengaca mendampingi korban dan saya perperan sebagai hakim yang mengadili kasus ini.
Saat itu saya itu baru saya menilai anak perempuan ini memang hebat karena bisa mempertahankan argumen hukumnya dengan tegas dan logis. Saya berpikir saat itu anak perempuan ini suatu klak akan hebat kalau terus di bidang ini. Dan betul terbukti, dia siap dalam berbagai kasus di tanah ini.
Malamnya, Olga datang lagi dengan adik Soumokil di ruagan untuk pinjam Lebtob saya, dan saya minta mereka kerja saja tugas mereka di kamar saya. Saya bertanya, Olga kenal sama pak Hans Hamadi tidak. Dia bilang dia kenal.Hans Hamadi ini.
Saya Tanya karena Hans Hamadi adalah Guru saya sewaktu saya di Merauke. Akhir dari Pelatihan ini, bersama Maya Instruktur dari PBHI saat itu mereka pergi mengunjungi Korban Kasus Pembongkaran Gudang Senjata Wamena. Olga, Eky Gwijangge dan beberapa teman ke sana dan setelah itu sekitar beberapa bulan kami juga pergi mengunjungi mereka.
Sejak saat itu kenal Olga yang memiliki hati buat orang kecil dan tertindas dan dia memilih untuk melakukan advokasi buat mereka. Karena niat membela orang orang Kecil kuat dan tanpa mundur; Kami berusaha mencari tahu, motivasi apa yang membuat Olga begitu gigih dengan pekerjaan yang berisiko tinggi di Papua ini. Dan ternyata peran orang tua atau bapak mamanya di rumah sebagai hamba Tuhan atau sebagai pendeta telah mengajari dia nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Saya berusaha diskusi dengan dia.
Dia katakana, bapak saya harap agar terus belajar dan bertindak yang benar. Harus menolong orang lain dan jangan mundur kata Olga. Bahkan, Olga menyadari sekali Pproses hukum di Indonesia terutama di Papua yang penuh trik Politik dari pada penegakan hukum dan itu dia sampaikan dan menurutnya kami harus lawan itu.
Banyak kali saya bertemu dengan Olga Hamadi ini, dan dia dengan terbuka menceritakan kondisi di Papua. Kadang diskusi kita dia rekam dan kadang dia tulis. Suatu waktu di tahun 2007 di Timika, hendphone saya bunyi sehingga namun tidak ada nama. Dan saya angkat telepon itu,orang yang memanggil saya ini suara perempuan tetapi dari nada tertawanya saya mengenal itu suara Olga Hamadi.
Dia Tanya posisi dimana, dan saya bilang saya di timika.lalu dia minta bertemu dan saya bertemu dengan dia. Dia katakan bahwa; saya lagi menulis Tesis S-2 dari UGM mengenai Resolusi Konflik. Dia mengambil judul Resolusi Konflik perang Suku di Timika. Saya membantunya untuk beberapa informasi untuk tesisnya, kami sama sama makan papeda dan dia mau bayar tetapi, saya bilang saya akan bayar karena saya tuan tanah Timika sambil kita tertawa besar di warung itu dan semua orang balik lihat kita. Di mobil dia bilang, kita tertawa tadi banyak orang nonton kita, saya bilang tidak apa.
Lepas pertemuan itu sementara saya di Jayapura, dia menelepon saya. Dia katakan; saya lihat macam ada di Jayapura kah? Saya bilang betul saya di Jayapura. Datang ke kantor sudah. Saya ke Kantor Kontras dan kami duduk diskusi mengenai penembakan penembakan di Jayapura.
Dia minta bilang orang Papua tidak boleh ada kekerasan sudah. Saya berusaha sampaikan pesan Olga ini di beberapa orang yang saya ketemu, karena menurut saya itu yang terbaik.
Waktu kami dua diskusi dia rekam pembicaraan kita. Dia terbuka katakan, maaaf saya rekam ya pembicaraan kita. Saya bilang tidak apa, karena saya cukup percaya anak perempuan Tabi ini. Lalu saya berikan uang lima ratus, saya bilang sebenarnya saya mau ajak makan tapi Penias lokbere tidak ada jadi, biar adik pegang uang ini.
Dia bilang tidak usah, kami ada Uang makan tetapi saya bilang,Engkau dengan Gustaf Kawer itu kami orang gunung punyz biji mata itu yang saya kasih. Lalu dia ambil dan saya, jalan. Selama ini banyak kasus yang selalu saya beritahukan kepada Olga untuk dia bias baca hanya sebagai referensi bila dia melakukan pembelahan, ada dasar argument dia. Beberapa waktu lalu saya lagi duduk main facebook, ada inbok masuk, dia bilang selamat malam kakak. Online lama sampai.
Saya langsung jawab masa selamat malam, ini siang baru. Lalua dia bilang iya saya di Virginia Amerika Serikat. Saya piker dia di Belanda terima Hadia sebagai Pembela HAM tetapi ternyata dia di Virginia. Dia ada kegiatan di Virgia. Lalua saya bilang tooling salam buat Virginia. Dia balik tulis Hahahaeee, baru saya tanya tidak menerimah hadia di belandaka tetapi dia bilang terimah dari jauh saja lalu saya bilang oke adik, Tuhan Berkati kata saya, dia bilang salam juga, GBU.
Kemudian beberapa bulan kemudian dia Inbox saya dari Australia katanya lagi ikut kegiatan. Saya bilang sudah kasih tahu atau menceritakan semua di Papua, dia bilang di sela-sela kegiatan memang ada diskusi dan banyak yang sebenarnya mau membantu kita tapi mereka harap kekerasan di hentikan, jadi bilang orang Papua hentikan kekerasan. Saya bilang kita tolong sambung nanti ke mereka. Lepas itu,dia dating ke timika untuk melakukan pembelaan kepada Steven Itlay dan Romarion Yatipay dan Yanto.
Kami sama sama di Pengadilan dan dia pamit siang kembali ke Jayapura. Sebelum ke Jayapura, dia Tanya; Beny baik baik ka,saya bilang baik baik lalu dia minta terus berkomunikasih kepada saya.Saya bilang mau lari kemana, engkau dengan Gustaf Kawer itu kami pu biji mata jadi kamu dua jalan baik juga. Dia bila dia. Suatu kali, saya mendapat telepeon lagi, tetapi dari wamena dari Olga saat dia di pukul oleh keluarga yang melakukan masalah kepada Olga, saya bilang jalan saja, tidak perlu dengan mereka.
Kebenaran tetap kebenaran dan dia bilang dia mau gugat polisi, demikian juga beberapa kasus di Timika, saya memintahnya dan menghubungkan keluarga korban dengan Olga karena saya tahu adik perempuan ini punya Komitmen mempertahankan komitmen. Sehingga dia juga menangani kasus penembakan di areal, dan hamper kasus selalu dia telepon menanyakan bahkan malam sekalipun.
Saya hargai komitmen dia dalam karya ini. Mungkin banyak yang telah engkau kerja dan pasti ada banyak cacatan bagus yang engkau torehkan buat kami semua tetapi banyak kenangan dan bila saya membuka inbox dan email saya.
Saya yakin sprit engkau masih bersama dengan kami. Engkau telah pergi meninggalkan dunia penipuan dan bohong masuk keabadian hidup dalam senyum bersama Allah kami yang kami sembah. Pasti beribu malaikat telah menjemputmu dalam sku dan girang.
(Penulis adalah Beni Pakage, Tinggal di Tanah Papua/KM)
Editor: Frans P
Posting Komentar