YLSM News, 28 JULI 2016 (Foto: Dok. Prib Kadepa/KM) |
YLSM News, 28 JULI 2016
Perdebatan sangat alot dalam pertemuan bersama KAPOLDA DIY hari ini. Kami sudah berbicara banyak sesuai data fakta yang kami dengar dan terima lansung oleh mahasiswa Papua Kamasan I Yogyakarta. Kami pun sudah meminta Kapolda tentang jaminan keamanan dan kenyamanan bagi mahasiswa Papua di Yogyakarta dalam bentuk tulisan namun tidak dihiraukan.
Jawaban KAPOLDA terlihat keras karena kita lebih keras dalam pertemuan.
Ini jawaban KAPOLDA DIY:
1. KAPOLDA menyesal kasus Yogyakarta sudah menjadi konsumsi politik bagi pihak" yang tidak bertanggjawab. Kapolda bantah semua data di medsos, media online, media masa yang beredar masalah pengepungan asrama mahasiswa Papua Kamasan I Jln. Kusuma Negara No. 119 tanggal, 14-16 Juli 2016 adalah salah, tidak benar, data itu memutarbalikan fakta, itu kerja LSM yang selalu menjual negara, juga ada keterlibatan pihak ke tiga/ asing. Sehingga siapa yang menjadi otaknya kami sedang dalam penyelidikan.
2. KAPOLDA bicara, polisi justru datang hanya melakukan pengaman jangan sampai terjadi bentrok antara ormas NKRI Harga Mati dan kelompok mahasiswa yang mau melakukan kegiatan separatis.
3. KAPOLDA bicara, Yogyakarta aman untuk semua orang, termasuk juga orang Papua dan mahasiswa Papua, saya jamin, saya jamin. Kecuali mereka melakukan kegiatan yang berhubungan dengan separatis, makar yaitu tuntutan Papua Merdeka. Kami tetap bertindak.
Tanggapan Hasil Pertemuan Antara KAPOLDA DIY dan DPRP di Yogyakarta, 27 Juli 2016
Mengapa Sultan Yogyakarta cap mahasiswa Papua separatis?
Pada tanggal, 14-15 Juli 2016, mahasiswa Papua tidak ada yang membawa senjata dan amonisi untuk tembak pasukan gabungan TNI/POLRI dan Ormas Reaksioner di Yogya. Tetapi Sri Sultan sebut mereka adalah separatis. Bukti-bukti separatisnya juga harus ditunjukan di public. Karena tuntutan kemerdekaan Negara Republik Papua Barat yang telah dan sedang digencarkan Orang Asli Papua itu bagian dari implementasi penegakan hukum dan HAM dalam sebuah Negara Demokrasi.
Bukti PTNI/POLRI DIY
Perlakuan TNI/POLRI dan Ormas Reaksioner di DIY, 14-15 Juli 2016 lalu telah diketahui hampir semua orang dunia melalui bukti-bukti foto, video dan berupa laporan-laporan tertulis yang terbagi melalui berbagai media. Semua bukti yang terjual ini bukan hasil rekayasa LSM dan jurnalis baik dalam maupun luar negeri tentang perkembangan situasi kemanusiaan di Papua dan Papua Barat. Mahasiswa Papua dinyatakan tidak aman tinggal di wilayah Indonesia lainnya. Karena mahasiswa DIY dicap Separatis dari bangsa Monyet. Mahasiswa Papua tidak ada yang bawa senjata di Yogya tetapi dicap Separatis. Kata Sultan Yogya, tidak ada tempat bagi separatis di DIY.
Ada apa di balik pernyataan SEPARATIS dan MONYET itu di Yogya 14-15 Juli 2016?
Himbauan TPN-PB OPM Dev II MAKODAM PEMKA IV Paniai, seluruh Orang Asli Papua (rakyat, tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh agama, tokoh wanita, tokoh-tokoh pemuda, PNS, semua faksi perjuangan Papua Merdeka seperti ULMWP, LSM, MRP, DPRP dan Gubernur Provinsi Papua dan Papua Barat) dituntut melalui peristiwa pengepungan mahasiswa Papua Yogya untuk menjawab pertanyaan dan kata-kata penghinaan “MONYET” yang telah diucapkan seperti tersebut diatas.
(Penulis adalah Servius Kedepa, Ketua YLSM Wilayah Meepago)
Editor: Frans Pigai
Posting Komentar