Saat Ibu-ibu WKRI tamplkan kreativitas mereka. (Foto: Agus/KM) |
Dogiyai, (KM)- Kegiatan yang dilaksanakan oleh mama-mama yang dinamakan seperti bazar ketrampilan WKRI ini, berperan membantu pemeritah dalam memutus rantai kemiskinan karena dengan adanya bazar ketrampilan masyarakat bisa memperoleh tambahan penghasilan dan membantu dalam mengendalikan ekonomi keluarga melalui karya-karya ketrampilan masyarakat khususnya mama-mama Wanita Katholik Repuplik Indonesia (WKRI).
Hal ini disampaikan oleh, Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Kabupaten Dogiyai, Yohana Yobee, dalam sambutan saat menghadiri kegiatan Pameran san Basar Ketrampilan Hasil Karya Wanita Katholik Republik Indonesi (WKRI) di dua gereja yakni Gereja Paroki St.Maria Ratu Rosari Idakebo dan Quasi Paroki Ugapuga , yang dilaksanakan di halaman kantor distrik Kamuu Utara Kabupaten dogiyai, Senin (15/8 ).
Selain Ketua WKRI, dihadiri juga bupati Kabupaten Dogiyai, Markus Auwe yang di dampingi Sekertaris (SEKDA) Kabupaten Dogiyai, Natalis Degei.
Yohana, menjelaskan, WKRI yang ada di dua gereja ini merupakan wadah yang selalu menunjukan jatidiri dan peranan perempuan ditengah – tengah masyarakat, maka kata dia, perempuan merupakan agen perubahan keluarga.
“ Wanita Katholik Republik Indonesi (WKRI red) tidak hanya mengharumkan diri sendiri juga tetapi mereka lebih kreatif demi wujudkan Moto Kabupaten Dogiyai ‘Dogiyai Dou Ena’ melalui hasil karya ketrampilan,” katanya
Yohana juga meminta, organisasi wanita tersebut perlu didukung setiap elemen masyarakat terlebih kepada laki-laki. “ini harus didukung oleh bapak-bapak,” tegasnya.
Menurutnya, karena organisasi wanita ini ada ditengah-tengah masyarakat. Untuk itu Yohana, berharap pemerintah jangan lihat dengan mata sebelah kepada semua organisasi tapi betul-betul melihat mereka sbab organisasi wanita seperti WKRI ini adalah pendukung program pemerintah.
Pada kesempatan yang sama, ketua Koordinator WKRI, Nela Mote juga menjelaskan apa saja yang di pamerkan dan dibazarkan hari ini adalah hasil keringat WKRI sendiri. Ia mencontohkan, daging babi, memelihara babi membutuhkan selang waktu yang cukup lama yakni tiga tahun.
“Oleh karena itu jangan berprasangka buruk terhadap perempuan, kerena perempuan tidak bisa, ini buktinya,” paparnya saat diwawancara Kabar Mapegaa, Senin, (15/08).
Menurut, Nela, organisasi ini sudah berkembang jauh kedepan, ini menujukan sebagai organisasi kemasyarakatan dengan melakukan berbgai gerak-gerakan dalam rangka meningkatkan kualitas perempuan.
Kemudian, ada beberapa program yg dilaksanakan Wanita Katholik Repuplik Indonesia (WKRI) diantaranya, mengulam baju bolero, topi, menanyam noken serta ketrampilan lainnya, tidak hanya itu tetapi kami juga bergerak di bidang peternakan dan bidan perkebunan hasil alam.
Pewarta: Agus Keiya
Editor: Manfred Kudiai
Posting Komentar