Kerja Militer di Papua. (Antara/KM) |
Oleh: Beatus Pigome
Feature, (KM)-Pemilik tanah dan alam ini adalah kami bangsa ras Melanesia yang berambut keriting dan hitam kulit yang mendiami diatas alam pulau Papua. Maka kami ingin hidup seribu tahun lagi di pulau ini.
Begitu egois kami terus setinggi-tinggi langit dan harapan hidup kami terus menumpuk didepan potret kehidupan. Seribu untaian harapan hidup terus berbenahi pada pundak anak negeri cenderawasih.
Namun, tetapi harapan keegoisan kami (orang Papua) yang mau hidup seribu tahun tak sampai puncak keinginan hidup yang seharusnya, karena kehidupan kami di atur oleh sang penguasa kekayaan duniawi. Hingga sang penguasa kekayaan duniawi (kolonialis, kapitalis/imperialis) datang menguasai alam papua maka semua penghuni hilang kahancuran dalam sepetu laras (tima besi panas) imperial.
Seakan mereka (kapitalis dan kolonialis) adalah tuan diatas negri tanah ras Melanesia, hingga mereka kuasai pelosok sampai perkotaan dengan kekuatan alat negara. Hinggah, mereka membuat nafas hidup buatan bagi kehidupan orang papua hingga tak sampai ketargetan kehidupan yang seharusnya.
Kiang hari berganti seribu nafas anak negri cenderawsih yang ingin mau hidup pun terus dibunuh oleh kolonialisme, kapitalisme dan imperialisme. Dibunuh hanya karena menuntut kebenaran pembebasan bangsa papua. Benar-banar mereka dibunuh dengan alat Negara diselah-selah kekayaan alam dengan tujuan untuk menguasai alam ini.
Seandainya sang kapitalis dan klonialis itu, ciptaan Tuhan, ia bisa berpikir bahwa mereka pun ciptaan Tuhan dan kebenaran pembebasan papua merdeka itu anugra dari Tuhan yang IA berikan kepada mereka (bangsa papua) yaitu hidup kami sesuai rencana Tuhan dan mencapai kuota kehidupan yang semestinya.
Walau pun kekejaman sepatu ralaras tumpang diatas pulau papua, kebenaran terus diwarisi oleh pundak anak negeri. Ya dan tidak, mau dan tidak mau Papua merdeka harga mati dan terus diwarisi oleh pemilik kebenaran yaitu orang Papua, karena kebenaran milik kami orang Papua, bukan lagi milik melayu (kebenaran milik kaum tertindas bukan milik penindas) maka kebenaran akan terungkap ditengah penindasan kolonial, imperilis dan kapitalisme.
Penulis adalah mahasiswa Papua, kuliah di Gorontalo.
Posting Komentar