“Saya Boleh Mengenal Nenek Moyan–Ku”
Oleh : Marten K. Bunai
Opini-www.kabarmapega.com/KM, Bicara atas kebenaran yaitu, berbicara berdasarkan persoalan atau masalah yang sudah nyata dan juga sedang berlangsung oleh masyarakat atau manusia Papua. Karena manusia papua adalah makluk alamiah yang berkembang dalam lintasan sejarah. Manusia atau orang papua berkembang dalam lintas sejarah oleh karena itu orang papua mempunyai akal budi yang sehat agar melakukan baik dan yang masuk akal. Manusia Papua memunyai akal budi maka kita harus tahu pertama saya itu dari mana dan juga nenek moyangnya dari mana?. Membangun orang papua dan tradisi budayanya dari kita mengenal orang itu nenek moyannya dari mana harus kita perlu tahu. kalau kita tidak mengenal nenek moyang kita dan nenek moyan orang lain berarti tidak tahu diri anda dari mana.?
Mengapa saya mengatakan begini, kita lihat banyak suku yang ada di papua dari pesisir maupun pegunungan kini asalnya kita tidak tahu bahwa, saya itu nenek moyangnya dari mana oleh sebab itu harus kita mengenal saya itu pertamanya dari mana, dari siapa, benda apa, dan dari Hewan apa?.
Kita melihat beberapa kenyataan yang dilakukan oleh masyarakat atau orang papua yaitu, dalam suku, fam, tradisi dan budaya sendiri. masyarakat papua belum sadar atas suku dan budayanya sendiri karena, mereka belum tahu apakah pertama saya itu dari mana, dan dari siapa. Oleh sebab itu, orang papua harus mengenal dua persoalan ini. Kalau kita tidak mengenal saya itu dari mana dan dari siapa berarti, dua atau tiga tahun kedepan akan seperti apa mari kita melihat sama-sama ? sebab nenek moyang kita berasal dari tanah, hewan, batu, dan lain-lain karena persoalan ini inti dari suku, fam dan budaya maka masalah ini kapan selesai saya tidak tahu kedepannya.
Kenyataan yang terjadi diantara masyarakat atau orang papua yaitu problem suku, fam, tradisi dan budaya setempat. Problem suku dan fam, ini kini makin lama makin meningkat karena kurang tahunya atau kurang mengenalnya serta salah pemahaman secara lebih dalam tentang dirinya sendiri, famya sendiri dan juga orang lain.
Problem yang terjadi ini bukan dampak dari dua ini saja melainkan dampak dari pemekaran-pemekaran Propinsi, Kabupaten dan kota yang terjadi di berbagai tempat di papua pegunungan maupun di pesisir papua. Saya rasa hal ini dampak terbesar bagi suku-suku pegunungan papua untuk mengilangkan taradisi budaya yang ada. Sehingga tradisi budaya Papua makin lama makin punah. mengapa saya dikatakan belum mengenal teradisi dan budaya , misalnya, suku mee terdiri dari berbagai fam. Berbagai fam ini memiliki nenek moyangnya masing - masing berupa hewan, tanah, batu, dan lain-lain. oleh karena itu kita perlu mengetahui kemudian menghargai suku, nenek moyan, dan fam lain.
Kini yang terjadi dalam masyarakat papua atau orang papua makan-nya daging anjing atau biasa-nya dikatakan RW dan sebagainya. orang yang dikatakan RW dan sebagainya orang ini yang pemakan budaya Papua karena anjing adalah nenek moyang fam lain yang berada di Papua baik pegunungan maupun pesisir misalnya nenek moyang fam Madai di pegunungan, dan begitu juga dengan pesisir di Serui fam Abon.
Fam dua ini adalah nenek moyannya mereka berasal dari anjing pasti suku dan fam lain yang ada di papua juga ada baik pesisir maupun pedalaman Papua juga begitu demikian. Padahal kata orang anjing adalah keamanan/sadpam bagi keluarga. Anjing sebagai sadpam/keamanan bagi keluarga, misalkan suatu katika keluarga, keluar berlibur di suatu tempat pasti anjing itu akan menunggu dan menjaga di rumah sampai pemilik rumah datang ketika pemilik rumah datang pasti anjing itu akan semangat sambil ekornya menggoyangkan kiri ke kanan. Pada saat ini kita belum tahu sekecil seperti begini berarti memang betul sudah hilang budaya kita.
Pada suatu saat akan punahnya anjing, pasti orang pemakan daging anjing akan memakan ular tanah dan batu karena sudah pengalaman makan budaya sebab, sekarang terjadi didaerah lain ada muncul memakan ular pada hal ular adalah nenek moyangnya “Mote, Doo, Degei, Gobai ini dari pegunungan dan di pesisir papua jua pasti ada dari nenek moyangnya ular demikian juga suku-suku yang ada baik di pesisir maupun pegunungan.
Andai masa kini orang tuanya bisa hidup dengan baik-baik di antara berbagai budaya yang ada di pesisir Papua maupun pegunungan Papua tetapi pada suatu saat budaya yang ambisi tiada orang yang menyelamatkan karena perbuatan orang tua dampaknya akan kena cucunya sendiri sesuai dengan perbuatan yang di lakukan oleh orang tuanya.
Disamping itu juga dampak yang terjadi sekarang kita lihat bahwa anjing mengalami kekurangan karena sudah dibunuh dan dimakan oleh pemakan anjing maka, mulai sekarang ada bayangan muncul orang yang pemakan ular. ini kita tidak heran karena dasar pemakan budaya sudah ada sehingga maunya makan apa saja boleh.
Ini adalah kenyataan yang biasa di lakukan oleh manusia Papua pada hal manusia Papua adalah lintas sejarah oleh karena itu orang papua memunyai akal budi yang sehat agar melakukan perbuatan baik dan yang masuk akal untuk menciptakan hal-hal yang baik dan masuk akal.
Budaya saya mengenal ketika saya sadar untuk mengenal, melakukan terbaik, dan menciptakan daerah aman dalam semua persoalan yang ada baik perkotaan maupun Pesisir papua. Budaya mengenal satu sama lain pasti ada tertip dalam kehidupan kita. “Mungkinkah suatu saat ada perkenalan Budaya, pasti akan bingung walaupun milik pribadi sendiri” (A G/KM.)
Penulis adalah Mahasiswa Papua Kuliah Di STIE PN. Jayapura Papua
Posting Komentar